Rabu, 19 Mei 2010

Teguh Memegang Tali Agama

Suatu hari, Muhammad bin Sirin membeli minyak goring dengan maksud dijual kembali. Ia membeli minyak itu secara kredit dengan harga 40.000 dinar. Tapi beberapa hari kemudian, saat ia membuka salah satu drum minyak yang terbuat dari kulit itu, ia menjumpai bangkai tikus yang mengapung di genangan minyak tersebut. Padahal, dari drum itu minyak disaring dan dimasukan ke wadah yang lain.

Sejenak ia berfikir “semua minyak ini berasal dari satu tempat penyaringan. Ini berarti najis tersebut tak hanya mengenai satu wadah ini saja. Aku bisa rugi besar, jika aku tidak mengembalikan.” Tetapi kemudian ia berfikir jauh,”jika aku kembalikan kepada si penjual karena alas an ada najis, bisa jadi ia akan menjual barang haram ini kepada orang lain.” Setelah mempertimbangkan hal itu, ia menumpahkan minyak itu keselokan. Alhasil, ia tak jadi jualan minyak, bahkan harus menanggung hutang sebesar 40.000 dinar.

Hari berlalu, pedagang minyak itu datang menagih utang. Muhammad bin Sirin pasrah sebab ia tak punya uang dan barang jaminan sebesar 40.000dinar. pedagang itu membawa kasus itu ke pengadilan. Muhammad bin Sirin dipenjara sampai ia mampu membayar hutang.

Tapi bukanlah Muhammad bin Sirin jika ia tidak meninggalkan kesan baik kepada siapapun. Bahkan penjaga penjara merasa segan dan kasihan. Maklum, putra Sirin dikenal teguh memegang tali agama. Sipir penjara berniat menolong,”wahai tuanku, jika malam tiba silahkan engkau keluar penjara dan tinggal bersama keluarga tuan. Bila sudah pagi, tuan bisa kembali kesini. Tuan bisa melakukan hal ini sampai tuan ddibebaskan. Aku dan kawan-kawan akan menjaga rahasia ini!”

Tapi Muhammad bin Sirin bukan senang dan gembira dengan tawaran gemilang itu melainkan menjawab enteng, ”demi Allah, aku tidak akan melakukan itu dan semoga Allah memberikan petunjuk kepadamu!” “kenapa tuan menolak?” tuan bukan orang jahat. Kami percaya kepadamu, apakah engkau tidak mempercayai kami?”

“bukan begitu,” jawab putra sirin, “ saya tidak ingin terlibat persekongkolan dan berkhianat kepada penguasa negeri ini. Bagaimanapun saya harus menghormati hokum di negeri ini.” Sungguh mulia hati Muhammad bin Sirin. Gara-gara minyak yang ia beli secara hutang tercampur bangkai, ia rela menanggung rugi. Habis itu pun dililit hutang, dank arena tak kuat membayar, ia dijatuhi hukuman. Dalam penjara, sipir berbaik hati memberi kelonggaran baginya pulang ke rumah di malam hari, tetapi ia menolak mentah-mentah.

Sumber: hidayah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar